Sabtu, 13 Juli 2013

LAPORAN MASERASI

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pembangunan pertanian di indonesia saat ini memasuki masa transisi dari orientasi pertanian dengan pola subsisten kepada pola komersial. Pergeseran tersebut membawa konsekuensi penggunaan pestisida sebagai salah satu komponen penting dalam mengatasi organisme pengganggu tanaman, salah satu kendala bagi pembangunan pertanian yang berorientasi ekonomi. Menurut Reintjes et al. (1999), saat ini pembangunan sektor pertanian disiapkan untuk memasuki era agroindustri dan agribisnis terpadu. Oleh karena itu, pengembangan penerapan teknologi berwawasan lingkungan dan pengembangan sumber daya manusia harus mendapat perhatian dan penekanan yang cukup kuat sebagai landasan pembangunan pertanian berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Pembangunan pertanian berkelanjutan dan berwawasan lingkungan ,antara lain harus dapat memelihara tingkat kapasitas produksi sumber daya alam yang berwawasan lingkungan dan harus dapat mengurangi dampak kegiatan pertanian yang dapat menimbulkan pencemaran serta penurunan kualitas lingkungan hidup. Salah satu langkah nyata yang perlu dilakukan antara lain mengamankan produksi pertanian dari gangguan organisme penyebab penyakit (Anisah, 2008). Salah satu kendala yang dihadapi oleh para petani saat ini antara lain ditemukannya penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh jamur Fusarium sp. Jamur ini banyak menyerang tanaman kentang, pisang, tomat, ubi jalar, strawberry dan bawang daun (Machmud et al., 2002; Balai Penelitian Tanaman Hias, 2004). Banyak cara pengendalian yang dilakukan namun belum berhasil untuk menekan perkembangan patogen tersebut. Menurut Yusriadi (2004), salah satu alternatif pengendalian yang dapat dilakukan untuk menekan populasi jamur Fusarium ini adalah dengan mengembangkan pengendalian secara hayati. Sejauh ini pemakaian pestisida (fungisida) selalu diikuti dengan pertimbangan ekonomi dan berdampak pada lingkungan. Pasar lebih menyukai produksi pertanian yang bebas bahan kimia, sehingga alternatif pestisida yang aman bagi lingkungan dan konsumen sangatlah diperlukan (Purwantisari, 2008). Pengendalian penyakit tanaman menggunakan bahan-bahan kimia kini mulai dihindari karena berdampak negatif bagi lingkungan, oleh karena itu penggunaan fungisida nabati (biofungisida) mutlak diperlukan. Kebijakan global mengenai pembatasan penggunaan bahan aktif kimiawi pada proses produksi pertanian pada gilirannya akan sangat membebani pertanian Indonesia. Hal ini disebabkan oleh tingginya tingkat ketergantungan petani terhadap pestisida kimia. Ketergantungan inilah yang akan melemahkan produk pertanian asal Indonesia dan daya saingnya di pasar global. Menghadapi kenyataan tersebut agaknya perlu segera diupayakan pengurangan penggunaan fungisida kimiawi dan mengalihkannya pada jenis fungisida yang aman bagi lingkungan. Salah satu cara pengendalian penyakit yang ramah lingkungan dan berpotensi untuk dikembangkan ialah pengendalian hayati menggunakan (bakteri yang hidup di sekitar akar tanaman) sebagai agen biofungisida secara langsung maupun tidak langsung untuk mengontrol serangan spesies pengganggu (Nigam dan Mukerji, 1988). 1.1 Tujuan  Untuk mengetahui hasil pengujian ekstrak daun sembung dalam upaya melihat dan memanfaatkan hasil ekstraksi (senyawa alam) yang dapat digunakan sebagai pestisida hayati.  Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati pemisahan zat aktif pada sampel Daun Sembung ( Blumea Folium). 1.2 Pengertian Ekstraksi Ekstraksi adalah proses pemisahan secara kimia dan fisika kandungan zat simplisia menggunakan pelarut yang sesuai. Hal-hal yang penting diperhatikan dalam melakukan ekstrasi yaitu pemilihan pelarut yang sesuai dengan sifat-sifat polaritas senyawa yang ingin diekstraksi ataupun sesuai dengan sifat kepolaran kandungan kimia yang diduga dimiliki simplisia tersebut, hal lain yang perlu diperhatikan adalah ukuran simplisia harus diperkecil dengan cara perajangan untuk memperluas sudut kontak pelarut dan simplisia, tapi jangan terlalu halus karna dikhawatirkan menyumbat pori-pori saringan menyebabkan sulit dan lamanya poses ekstraksi. 1.3 Macam – Macam Ekstraksi Bersasarkan energi/suhu yang digunaka ekstrasi dibagi menjadi 2 : - cara dingin : maserasi dan perkolasi - cara panas : refluks dan soxhletasi Metode ekstraksi yang umum dilakukan 1. Maserasi Maserasi adalah metode ekstrasi dengan prinsip pencapaian kesetimbangan konsentrasi, menggunakan pelarut yang direndamkan pada simplisia dalam suhu kamar, bila dibantu pengadukan secara konstan maka disebut maserasi kinetik. Remaserasi adalalah penambahan pelarut kedalam simplisia yang diekstrasi, maserat (hasil maserasi) pertama disaring, sisa simplisia (residu) diekstrasi dengan menambahkan pelarut yang baru dengan cara yang sama seperti diatas. kekurangan metode ini, butuh waktu yang lama dan memerlukan pelarut dalam jumlah yang banyak. 2. Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru hingga semua pelarut tertarik dengan sempurna (exhaustive extraction), umunya dilakukan pada suhu kamar. tahapan perkolasi penetesan pelarut serta penampungan perkolat nya hingga didapat volume 1 sampai 5 kali jumlah bahan. Proses keberhasilan ekstraksi dengan cara perkolasi dipengaruhi selektifitas pelarut, kecepatan alir pelarut dan suhunya, ukuran simplisia tidak boleh terlalu halus, karna dapat menyumbat pori-pori saringan perkolator. 3. Refluks Refluks adalah proses ekstraksi dengan pelarut yang didihkan beserta simplisia selama waktu tertentu dan jumlah pelarutnya konstan, karna pelarut terus bersirkulasi didalam refluks (menguap, didinginkan, kondensasi, kemudian menetes kembali ke menstrum (campuran pelarut dan simplisia) di dalam alat). Umumnya dilakukan pengulangan pada residu pertama, hingga didapat sebanyak 3-5 kali hingga didapat proses ekstraksi sempurna (exhaustive extraction). 4. Soxhletasi atau ekstraksi sinambung Soxhletasi atau ekstraksi sinambung adalah proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru dengan menggunakan soxhlet. ekstrasi terjadi secara kontinyu,dengan jumlah pelarut yang relatif konstan 5. Digesti Digesti adalah maserasi kinetik (maserasi dengan pengadukan konstan) yang dilakukan pada suhu temperatur yang lebih tinggi, umumnya 40-50 Celcius 6. Infus dan dekok Infus adalah ekstraksi dengan menggunakan air yang mendidih pada suhu 96-98 C, dalam waktu tertentu sekitar 15-20 menit, sedangkan dekok adalah proses infus yang terjadi selama skitar 30 menit lebih, untuk dekok sekarang sudah sangat jarang digunakan. 7. Destilasi Uap Destilasi uap adalah ekstraksi dengan cara mengalirkan uap air pada simplisia (umumnya cara ini dilakukan pada kandungan kimia simplisia yang mudah menguap seperti minyak atsiri), sehingga uap air menarik kandungan zat didalam simplisia, yang kemudian terkondensasi bersama-sama menghasilkan ekstrak cair (campuran). \ BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Daun Sembung (Blumea Folium) Morfologi Perdu tumbuh tegak, tingginya sampai 4 m. Bagian-bagian dari tanaman ini bila diremasberbau kamfer. Daun-daun yang letaknya dibawah bertangkai, sedangkan daun yang letaknyapaling atas berupa daun duduk. Bentuk daun bundar telur sampe lonjong, pada bagian pangkaldan ujungnya lancip. Tepinya bergigi atau bergerigi, pannjang 8-40 cm, lebar 2-20 cm. Nama daerah Sumatera : sembung. Capa (Melayu). Jawa : sembung. Sembung utan (sunda) sembung gantung,sembung gula, sembung kuwak. Sembung legi . sembung iningsah (jawa) kamandhi (Madura).Indonesia : sembung Klasifikasi Kingdom : Plantae(Tumbuhan)Divisi,spermatophyta (menghasilkanbiji)Sub divisi Angiospermae Kelas : dicotyledonaeOrdo : asteralesFamili : compositaeGenus : Blumeae Spesies : Blumeae balsamifera Khasiat Daun Blumeae balsamifera berkhasiat sebagai obat demam, obat batuk, melancarkan keluarnyakeringat dan sebagai anti nyamuk. Kandungan kimia Daun dan kulit batang Blumeae balsamifera mengandung alkaloida, disamping itu daunnya jugamengandung tannin dan minyak atsiri. Kulit batang dan akarnya mengandung polifenol. 2.1. SIMPLISIA 2.1.1 pengertian simplisia Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain simplisia merupakan bahan yang dikeringkan. Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaannya, maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal, dan untuk dapat memenuhi syarat minimal itu, ada beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain adalah: 1. Bahan baku simplisia 2. Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia 3. Cara pengepakan dan penyimpanan simplisia Pemilihan sumber tanaman obat sebagai bahan baku simplisia nabati merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada mutu simplisia, termasuk di dalamnya pemilihan bibit (untuk tumbuhan hasil budidaya) dan pengolahan maupun jenis tahan tempat tumbuh tanaman obat. 2.1.2 Cara pembuatan Simplisia Pembuatan simplisia secara umum dapat menggunakan cara-cara sebagai berikut: Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai bahan obat, kecuali dipergunakan sebagai bahan obat, bahan yang telah dinyatakan berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia terdiri dari simplsiia nabati, hewani dan mineral. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Yang di maksud eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari selnya atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya. Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh atau zat-zat yang berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaan simplisia harus memenuhi persyaratan minimal. Ada beberapa faktor yang berpengaruh antara lain bahan baku simplisia, proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia, cara pengepakan simplisia(Anonim,1985). Tahapan – tahapan pembuatan simplisia, yaitu 1. Pengumpulan bahan Yang perlu diperhatikan adalah umur tanaman atau bagian tanaman pada waktu panen, waktu panen dan lingkungan tempat tumbuh. 2. Sortasi basah Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran –kotoran atau bahan- bahan asing lainnya dari bahan simplisia sehingga tidak ikut terbawa pada proses selanjutnya yang akan mempengaruhi hasil akhir. 3. Pencucian Pencucian dilakukan agar menghilangkan tanah dan kotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Sebaiknya air yang digunakan adalah air yang mengalir dan sumbernya dari air bersih seperti air PAM, air sumur atau mata air. 4. Perajangan Perajangan tidak harus selalu dilakukan. Pada dasarnya proses ini untuk mempermudah proses pengeringan. Jika ukuran simplisia cukup kecil/tipis, maka proses ini dapat diabaikan. 5. Pengeringan Pengeringan dilakukan agar memperoleh simplisia yang tidak mudah rusak, sehngga dapat disimpan dalam waktu yang lama. Pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengeringan secara alami dan secara buatan. Pengeringan alami dilakukan dengan memanfaatkan sinar matahari baik secara langsung maupun ditutupi dengan kain hitam. Sedangkan pengeringan secara buatan dilakukan dengan oven. 6. Sortasi kering Tujuan sortasi kering yaitu untuk memisahkan bahan – bahan asing seperti bagian tanaman yang tidak diinginkandan kotoran lain yang masih ada dan tertinggal di simplisia kering. 7. Pengepakan dan penyimpanan Pengepakan simplisia dapat menggunakan wadah yang inert, tidak beracun, melindungi simplisia dari cemaran serta mencegah adanya kerusakan.Sedangka penyimpanan simplisia sebaiknya di tempat yang kelembabannya rendah, terlindung dari sinar matahari, dan terlindung dari gangguan serangga maupun tikus. 8. Pemeriksaan mutu Merupakan usaha untuk menjaga keajegan mutu simplisia. Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu penerimaan atau pemberiaanya dari pengumpul atau pedagang simplisia. Simplisia yang diterima harus berupa simplisia murni dan memenuhi persyaratan umum untuk simplisia. Simplisia yang bermutu adalah simplisia yang memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia, Materia medika indonesia. 2.2 Pengertian dan macam – macam Maserasi a. Pengertian maserasi Maserasi adalah salah satu jenis metode ekstraksi dengan sistem tanpa pemanasan atau dikenal dengan istilah ekstraksi dingin,jadi pada metoda ini pelarut dan sampel tidak mengalami pemanasan sama sekali. Sehingga maserasi merupakan teknik ekstraksi yang dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan panas ataupun tahan panas. Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana. Istilah maceration berasal dari bahasa latin macere, yang artinya ³merendam´. Jadi maserasi dapat diartikan sebagai proses dimana obatyang sudah halus memungkinkan untuk direndam dalam menstruum sampai meresap danmelunakkan susunan sel, sehingga zat-zat yang mudah larut akan melarut (Ansel, 1989).Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan caramerendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel danmasuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutanyang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangankonsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel (Depkes RI, 1986).Maserasi adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati yaitudirendam menggunakan pelarut bukan air (pelarut nonpolar) atau setengah air, misalnya etanolencer, selama periode waktu tertentu sesuai dengan aturan dalam buku resmi kefarmasian (DepkesRI, 1995). b. Macam – macam maserasi dan modifikasi maserasi : Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah yaitu pada suhu 40o -50oc. Maserasi dengan mesin pengaduk penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus menerus waktu proses maserasi dapat dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam. Remaserasi cairan penyarian dibagi 2 seluruh serbuk simplisia dimaserasi dengan cairan penyari pertama, sesudah dienap tuangkan dan diperas ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua. Maserasi melingkar maserasi dapat diperbaik dengan pengusahakan agar cairan penyari selalu bergerak dan menyebar. Maserasi melingkar bertingkat pada maserasi melingkar penyarian tidak dapat dilaksanakan secara sempurna,karena pemindahan masa akan berhenti bila kembangan telah terjadi. 2.3 Prinsip kerja Prinsip maserasi adalah ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk dalam pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya. Keuntungan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Kerugian maserasi adalah pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurana. BAB III METODE PRAKTIKUM 3. Waktu dan Tempat Waktu praktek farmakognosi mulai jam 11: 00 - 15 : 00 , hari jumat di lantai III.  Tanggal : 24 –mei – 2013  Tempat : Laboratorium Farmakognosi 3.1 Alat dan Bahan a. Alat  Gelas ukur  Batang pengaduk  Cawan porselin  Sarung tangan  Kertas saring  Erlenmeyer  Beaker gelas  Aluminium foil  Water bath b. Bahan  Blumea Folium (serbuk)  Etanol 70 % 3.2 Prosedur kerja 1. Siapkan bahan 2. Ambil timbangan 3. Ditimbang 10 gram simplisia Blumea Folium 4. Masukkan kedalam Erlenmeyer 5. Ditambah etanol 70 % ditutupi dengan aluminium folio 6. Didiamkan selama 5 hari sambil berulang diaduk setiap hari 7. Setelah 5 hari disaring , ampas diperas 8. Ampas ditambahkan 25 ml etanol 70% lalu disaring sehingga diperoleh saring sebanyak 100 bagian 9. Dibiarkan 2 hari 10. Ekstrak diuapkan diatas water bath menggunakan cawan porselin (yang sudah ditimbang sebelum digunakan )sampai didapatkan ekstrak kental 11. Ditimbang cawan porselin yang berisi ekstrak kental dan dihitung ekstrak kental yang diperoleh BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4. HASIL PERCOBAAN  Berat cawan kosong = 58,11 gram  Berat cawan + ekstrak = 59,30 gram  Berat ekstrak = 1,19 gram =(berat cawan + ekstrak ) – berat cawan kosong = 59,30 gram – 58,11 gram = 1,19 gram  Randeman = berat ekstrak x 100% Berat simplisia = 1,19 gram x 100% 10 gram = 11,9 % 4.1 PEMBAHASAN  Pada percobaan ini untuk penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama 5 hari ditambah 2 hari didiamkan pada temperature kamar terlindung dari cahaya matahari.  Maserasi adalah salah satu jenis metode ekstrasi dengan sistem tanpa pemanasan atau dikenal dengan istilah ekstrasi dinggin , daun sembung yang digunakan dicuci hingga bersih lalu dikupas daun dan dihaluskan dengan cara blender menjadi serbuk dimaksudkan untuk memperkecil ukuran partikel sehingga luas bidang sentuh semakin banyak supaya saat pelarutan dengan alcohol ,ekstrak yang diperoleh lebih banyak.  Ekstraksi merupakan pemisahan suatu zat aktif dari campuran dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarutan yang lain. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5. KESIMPULAN Jadi pada uji percobaan diatas dari maserasi 10 gram serbuk simplisia Blumea Folium dihasilkan ekstrak 1,19 gram dengan Randeman 11,9 % 5.1 SARAN Demikian uraian makalah ini, apabila ada kesalahan baik itu dari penulis, penggunaan kata-kata yang kurang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia maupun dari penguraian masalah yang kurang jelas, penulis mohon maaf. Tentunya sebagai manusia biasa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan, maka dari itu bimbingan atau kritikan akan membangun bagi penulis agar menjadi lebih baik masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.